Postingan

NEKA HEMONG HAMI

NEKA HEMONG HAMI Oleh: Muh. Dliyaul Haq Suara tawon masih terdengar membisingi di telinga, namun kebisingannya itu perlahan mulai meredup pelan. Mungkin tawon itu kelelahan karena baru saja terbang melintasi rentetan pulau yang bahkan mungkin sempat melintas ke planet lain sebab salah jalan.   Sebenarnya itu bukan tawon biasa, melainkan tawon raksasa yang punya keistimewaan bisa membawa puluhan manusia berjaket SM-3T di dalamnya. Ia baru saja menyinggahkan kami di atas hamparan sarangnya yang besar dan luas. Orang sini menyebutnya Bandara Labuan Bajo. Baru beberapa menit sampai di terminal pesawat ini namun panasnya sudah menyengat kulit. Memacu berbulir keringat beradu lomba menembus pori yang sempat tersumpal debu yang sudah berkarat. Ku rasa tawon itu telah salah mendaratkan kami ke dalam rice cooker raksasa yang bisa menanak manusia di dalamnya. Namun anehnya banyak orang yang berkunjung di sini, bahkan tak sedikit wisatawan asing sangat antusias berwisata di kaw

KOPI Dan KEMIRI

KOPI Dan KEMIRI Oleh : Rifqie Permana Putra       Sudah enam hari ini hujan menyemprotkan airnya tiada hentinya. Cuaca memang agak payah jika bulan-bulan musim penghujan. Ini minggu ketiga di Januari. Motorku merajuk karena tak pernah masuk rumah. Ya mau bagaimana lagi hujan membuatku sibuk. Tapi pagi ini suara angin sepoi-sepoi di iringi kicauan burung-burung terasa lebih pagi dari biasanya percikan kilaun yang membelah sela-sela dedaunan pun naik. Dengan agak terburu-buru aku ogel motor. Yak rintangan pertama pun teratasi setelah raungnya menggelegar langit. Melaju lambat poger dengan gagahnya di ikuti kabut-kabut tebal belakangnya. Saat sampai sebelah atas sedikit kampung Jong, pohon-pohon besar nan rindang telah menunggu disertai rontoknya daun-daun tua yang telah berserakan seperti aspal coklat menutupi bebatuan cadas yang tak tertata membuat makin susah saja pengguna jalannya. Aku yakin setiap orang yang melewati jalan ini dengan motor saat di jalan raya aspal Dia a

SHORT STORY: KEBAHAGIAAN DALAM KESEDERHANAAN

KEBAHAGIAAN DALAM KESEDERHANAAN Oleh : Bahrul Ulum Tanggal 17 Oktober 2012 adalah awal dari perjalanan hidup saya di Manggarai. Ternyata apa yang saya pikirkan selama ini tentang Manggarai berbeda jauh dengan pemikiran saya sebelumnya. Manggarai ternyata sangat indah, masyarakatnya ramah – ramah, dan masyarakatnya pun ternyata memiliki warna kulit seperti kita walaupun sedikit gelap dari kita. Masyarakat disini sangat menghormati dan terbuka kalau ada orang – orang pendatang yang mungkin pergi merantau atau sekedar pergi berlibur saja seperti kita ini. Disini masyarakatnya untuk kehidupannya memang pas – pasan   tetapi kalau ada yang berkunjung kerumahnya pasti akan disuguhi secangkir kopi dan biskuit. Pernah suatu ketika saya pergi bermain kerumah warga yang rumahnya tidak jauh dari tempat tinggal saya. Mungkin bisa dibilang beliau adalah salah satu warga dari golongan bawah, rumahnya sangat sederhana, dindingnya memakai anyaman bambu, lantainya tanah, dan atapnya seng.