SHORT STORY: KEBAHAGIAAN DALAM KESEDERHANAAN



KEBAHAGIAAN DALAM KESEDERHANAAN
Oleh : Bahrul Ulum

Tanggal 17 Oktober 2012 adalah awal dari perjalanan hidup saya di Manggarai. Ternyata apa yang saya pikirkan selama ini tentang Manggarai berbeda jauh dengan pemikiran saya sebelumnya. Manggarai ternyata sangat indah, masyarakatnya ramah – ramah, dan masyarakatnya pun ternyata memiliki warna kulit seperti kita walaupun sedikit gelap dari kita. Masyarakat disini sangat menghormati dan terbuka kalau ada orang – orang pendatang yang mungkin pergi merantau atau sekedar pergi berlibur saja seperti kita ini. Disini masyarakatnya untuk kehidupannya memang pas – pasan  tetapi kalau ada yang berkunjung kerumahnya pasti akan disuguhi secangkir kopi dan biskuit.
Pernah suatu ketika saya pergi bermain kerumah warga yang rumahnya tidak jauh dari tempat tinggal saya. Mungkin bisa dibilang beliau adalah salah satu warga dari golongan bawah, rumahnya sangat sederhana, dindingnya memakai anyaman bambu, lantainya tanah, dan atapnya seng. Dengan kondisi dan keadaan rumah seperti itu pada waktu saya pergi bertamu kerumahnya tetap saja dia memberi saya secangkir kopi dan biskuit. Hampir setiap masyarakat disini seperti itu, malah kadang – kadang ada yang memberi makan dengan lauk seadanya, seperti mie, sayur daun ketela, sayur labu, dan ikan asin.
Saya sendiri bertugas di desa Loce kecamatan Reok Barat pemekaran dari kecamatan Reok. Awal mula saya disini sempat tinggal di desa Kajong, waktu yang ditempuh antara desa Kajong ke desa Loce kurang lebih 20 menit menggunakan sepeda motor. Pada waktu itu saya selalu bangun pagi – pagi biar tidak terlambat masuk sekolah, saya dari desa Kajong bersama teman saya yang satu penempatan tugas dengan saya di SMA Negeri 1 Reok. Di desa Kajong mungkin fasilitas lebih bagus dari desa Loce karena di desa Kajong sudah masuk listrik PLN dan lokasinya juga lebih mudah diakses. Berbeda dengan desa Loce yang listrik PLN belum masuk dan masih menggunakan mesin jetset, itu pun nyala mesin setiap malam saja sekitar pukul 18.00 – 22.00 WITA. Untuk akses jalannya sendiri desa Loce lebih susah dibandingkan desa Kajong, karena desa Loce lokasinya lebih kedalam dibandingkan dengan desa Kajong.
Kurang lebih delapan bulan ( Oktober – Mei ) tinggal di desa Kajong saya meresa kurang adanya keakraban dengan warga desa Loce karena selama ini saya tinggal di desa Kajong dan lebih akrab dengan warga desa Kajong. Akhirnya pada bulan kesembilan yaitu bulan Juni saya memutuskan untuk tinggal di desa Loce dan jarak antara sekolah dengan tempat tinggal saya tidak jauh, karena saya tinggal di komplek guru – guru dan tempatnya di belakang gedung sekolah. Sejak itu, saya lebih sering kumpul sama teman – teman guru dan warga desa Loce yang berada di dekat lingkungan sekolah.
Saya tinggal serumah bersama teman guru yang asli dari Manggarai. Karena kondisi desa Loce yang sulit untuk mendapatkan air bersih, saya bersama teman guru saya setiap hari harus mengambil air untuk kebutuhan kita sehari – hari, seperti masak, mandi, dan mencuci pakaian. Air hanya bisa diambil di sumber mata air dan jaraknya juga tidak jauh dari tempat tinggal saya. Itu tidak hanya kita saja yang mengambil air tetapi semua masyarakat desa Loce mengambil air di sumber mata air itu. Masyarakat desa Loce biasa menyebut tempat air itu dengan nama Wae Bobek.
Di desa Loce pengalaman saya lebih banyak dibandingkan pada waktu saya tinggal di desa Kajong. Itu semua dikarenakan saya tinggal di dekat lingkungan sekolah dan bersama teman – teman guru yang lain. Setiap kali saya pulang dari sekolah biasanya ada teman guru yang mengajak saya kumpul – kumpul atau pergi ke rumah tetangga – tetangga, baik yang berada di desa Loce maupun di desa yang bersebelahan dengan desa Loce. Pernah suatu hari saya di ajak pergi teman guru saya ke desa Bari, Manggarai Barat acara mengantar romo Willy pindah tempat tugas dari Paroki Loce ke Paroki Bari. Romo Willy adalah pastor yang memimpin di Paroki Loce. Beliau kurang lebih delapan tahun menjadi pemimpin pastor di Paroki Loce.
Pukul 10.00 WITA kami berangkat dari paroki Loce, kita berangkat bersama – sama naik mobil trek ( alat transportasi di provinsi NTT pada umumnya ). Kita berangkat dengan mobil trek sebanyak empat buah, mobil ekstrada satu buah dan sisanya naik sepeda motor. Untuk naik mobil trek sendiri kebanyakan masyarakat Loce dan anak – anak sekolah, baik SMP maupun SMA dengan catatan yang bertempat di asrama pastoran. Sedangkan yang naik mobil ekstrada Romo dan Pak Camat Reok Barat. Perjalanan dari Loce ke Bari kurang lebih empat jam, jalan tidak semulus yang kita bayangkan ternyata jalan penuh dengan batu dan kondisinya naik turun. Dalam perjalanan kita juga dipusingkan dengan banyaknya debu yang berterbangan pengaruh kondisi jalan yang masih batu dan musim kemarau karena tidak ada hujan. Untung dalam perjalanan kita disuguhi dengan pemandangan bukit - bukit yang sangat indah dikombinasi dengan lautan yang terlihat dari bukit. Perasaan capek dalam perjalanan pun hilang dengan sendirinya.
Satu hari satu malam berada di Bari cukup menyenangkan. Disana saya ikut acara penerimaan dan perpisahan romo Willy dan tidak lupa pergi jalan – jalan berkeliling desa Bari dan pergi ke pantai pasir putih bersama masyarakat dan teman guru yang mengantar romo. Sempat juga mau pergi ke pulau Longos yang berada di dekat desa Bari tetapi tidak jadi karena tidak ada motor laut yang jalan. Setelah selesai semuanya kami pun bersiap – siap untuk kembali ke Loce dan beraktivitas seperti biasanya.
Selain bisa sering berkumpul bersama guru – guru dan pergi berkunjung di rumah – rumah masyarakat desa Loce yang berada di lingkungan sekolah, saya juga lebih mudah berangkat sekolah dan waktunya lebih efisien. Tidak takut terlambat kalau berangkat sekolah dan selalu tepat waktu dalam masuk kelas. Pernah suatu ketika karena lagi semangat – semangatnya mengajar, saya sampai lupa kalau hari itu hari Rabu padahal saya ingatnya hari Kamis. Waktu itu saya salah masuk kelas terus saya tanya sama teman guru yang lagi melihat roster di depan kantor. Ternyata teman guru saya juga salah membacakan roster saya, dikiranya hari itu adalah hari Senin.
Setiap kali masuk kelas, saya tidak lupa menanyakan kabar kepada anak – anak terlebih dahulu baru memulai pelajaran. Pada waktu pelajaran, saya juga tidak lupa memberikan selingan canda tawa kepada anak - anak agar dalam mengikuti pelajaran tidak terlalu serius. Terkadang saya juga sering mengecek kerapian disela – sela pelajaran. Kalau ada anak yang kurang rapi dalam berpakaian pasti saya akan memberikan hukuman kepada anak tersebut. Tetapi biasanya anak – anak sudah tahu, setiap kali saya masuk kelas pasti pakaian mereka dirapikan terlebih dahulu.
Di luar kelas saya juga sering berkumpul sama anak – anak sekolah, biasanya waktu jam istirahat. Kebiasaan seperti itu saya lakukan supaya menambah keakraban dengan anak – anak. Hal seperti itu saya lakukan supaya anak – anak lebih menghormati dan menghargai saya. Suatu ketika ada anak yang lagi ada masalah saya akan memberikan semangat, motivasi, dan arahan agar anak tersebut bisa melewati masalah yang dihadapinya.
Saya di sekolah selain mempunyai tugas mengajar, terkadang juga membantu administrasi sekolah. Biasanya ketika ada guru atau karyawan yang lagi kerepotan dan membutuhkan bantuan. Seperti pembuatan roster, penulisan raport, dan pembuatan NUPTK. Kemarin pada waktu pengurusan NUPTK saya dan teman guru saya sempat mondar – mandir kesana kesini untuk melengkapi data yang dibutuhkan untuk pembuatan NUPTK. Pada akhirnya semua pengurusan NUPTK dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Semua kegiatan yang saya lakukan baik di sekolah maupun di desa sangat saya nikmati. Bersama anak – anak, teman guru, dan masyarakat sekitar. Walaupun awalnya saya kurang begitu menikmati, tapi akhirnya sekarang sesuatu yang saya lakukan disini sangat saya nikmati. Mungkin pengalaman selama disini tidak pernah akan terlupakan dan selalu saya ceritakan kepada orang – orang. Kebaikan masyarakat disini sangat luar biasa, sehingga kekeluargaan masyarakat disini sangat terasa sekali.
Akhirnya, saya pun dapat merasakan bagaimana indahnya berkumpul bersama orang – orang yang luar biasa. Dengan keadaan yang tidak terlalu baik, tetapi bisa melewati semuanya dengan bahagia. Hidup dengan kesederhanaan bukan berarti tidak bahagia, tetapi kebahagiaan itu muncul karena kebersamaan dan kekeluargaan yang sangat kuat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AppSheet - Filter Data Siswa

How to Delete Blank Rows with Google Apps Script

Approval