EcoViber Sebagai Solusi Kreatif Untuk Mengelola Sampah Plastik di Sekolah

 


Pendidikan merupakan salahsatu lembaga yang aktif dalam memanfaatkan teknologi informasi guna meningkatkan mutu pembelajaran dan sarana dalam menghadapi berbagai persoalan. Salah satunya adalah persoalan dalam mengelola sampah plastik di lingkungan sekolah. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2022, sampah plastik di lingkungan sekolah berkontribusi sebesar 15% dari total sampah yang dihasilkan dan di proyeksikan akan meningkat hingga tahun 2025. Fakta ini menegaskan bahwa meskipun telah ada regulasi seperti UU nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, penanganan sampah plastik masih menjadi permasalahan yang serius dan terabaikan.

Proyeksi timbulan sampah dan sampah plastik di Indonesia

Beda halnya dengan sampah organik, sampah plastik memerlukan ratusan tahun agar bisa terurai. Oleh karena itu, diperlukan cara yang tepat untuk mengelolanya. Sampah plastik yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan berbagai dampak negatif, seperti pencemaran lingkungan, resiko kesehatan, dan merusak estetika lingkungan. Sehingga diperlukan solusi yang efektif dan kreatif untuk mengatasi hal tersebut.

Salah satu solusi untuk mengelola sampah plastik adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi berbasis aplikasi, seperti yang sedang diterapkan di SDN Perdopo 02, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. SDN Perdopo 02 telah berhasil mengembangkan sebuah aplikasi yang diberi nama EcoViber. Pada prinsipnya EcoViber tidak hanya sekedar aplikasi pengelolaan sampah plastik, tetapi juga berisi edukasi untuk guru dan peserta didik tentang pentingnya mengelola sampah plastik dengan penuh tanggung jawab. Aplikasi ini dikembangkan dengan menggunakan platform AppSheet karena  kemudahannya dalam membuat aplikasi berbasis web atau mobile yang terhubung dengan Google Sheet dan Google Drive sebagai basis data. Selain itu, platform ini merupakan low-code development platform (LCDP), sehingga proses pembuatannya tidak terlalu rumit karena tidak memerlukan pengcodingan yang kompleks.

Proses pengelolaan sampah plastik dengan EcoViber dimulai dari pengumpulan sampah plastik di seluruh area sekolah. Kemudian sampah plastik tersebut dibersihkan, dikeringkan, dan dipotong menjadi ukuran kecil lalu dimasukkan ke dalam botol, yang dikenal dengan nama ecobrick. Setelah itu, ecobrick tersebut ditimbang untuk mengetahui beratnya. Data berat dari ecobrick selanjutnya diinput ke dalam sistem aplikasi EcoViber, di mana informasi mengenai berat sampah plastik tersebut akan secara otomatis terkonversi menjadi kilogram dan dapat diakses oleh seluruh warga sekolah.

Proses Pengelolaan Sampah Plastik
 

Setiap kelas akan melakukan penimbangan ecobrick yang sudah dikumpulkan setiap bulannya. Kelas yang berhasil mengumpulkan ecobrick terbanyak akan mendapatkan peringkat tertinggi dalam aplikasi EcoViber. Konsep ini mirip dengan Presma UNY pada menu mahasiswa berprestasi, di mana mahasiswa yang memiliki banyak prestasi dan terinput didalamnya, namanya akan muncul sesuai urutan di halaman tersebut. Hal ini bertujuan untuk memberikan motivasi kepada guru, khususnya  peserta didik untuk lebih aktif dalam mengelola sampah plastik di lingkungan sekolah.

Tampilan aplikasi EcoViber versi web

Ecobrick yang telah terkumpul selanjutnya digunakan untuk berbagai keperluan, seperti pembuatan pagar, bangku kelas, atau hiasan dilingkungan sekolah. Hal ini memberikan nilai tambah bagi peserta didik, karena mereka dapat melihat langsung hasil dari usaha mereka dalam mengelola sampah plastik. Selain diguunakan untuk ecobrick, beberapa sampah sampah plastik juga dimanfaatkan peserta didik untuk membuat kerajinan tangan, seperti bunga, pot, dan lain-lain.

Kegiatan peserta didik dalam mengolah sampah plastik

Selama Januari hingga April 2024, para guru dan peserta didik dari ke kelas I sampai kelas VI telah berhasil mengumpulkan sebanyak kurang lebih 54,95 kg sampah plastik dalam bentuk ecobrick. Jumlah ini terdiri dari 14,09 kg pada Januari, 14,65 kg pada Februari, 11,14 kg pada Maret, dan di bulan April sebanyak 15,07 kg. Capaian ini menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam upaya mengelola sampah di lingkungan sekolah, sekaligus mencerminkan tingginya kesadaran dan partisipasi guru dan peserta didik dalam menjaga kebersihan serta kelestarian lingkungan.

 

 
Grafik capaian pengumpulan sampah plastik di SDN Perdopo 02

Pemanfaatan teknologi informasi dalam pengelolaan sampah plastik di sekolah merupakan salah satu contoh bagaimana pendidikan dapat menjadi agen perubahan dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Melalui pemanfaatan teknologi informasi, diharapkan warga sekolah dapat menjadi lebih peduli terhadap lingkungan sekitar dan lebih aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan. Dengan demikian, pendidikan tidak hanya menjadi sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga menjadi sarana untuk mengubah perilaku dan menciptakan generasi yang lebih peduli terhadap lingkungan.

 


Referensi:

Databoks. (2024, 3 April). Timbulan Sampah Plastik Indonesia Terus Meningkat Hampir Sedekade. Diakses dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2024/04/03/timbulan-sampah-plastik-indonesia-terus-meningkat-hampir-sedekade 

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (2022). Sekolah Ajarkan Anak Kelola Sampah Sejak Dini. Diakses dari https://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/sekolah-ajarkan-anak-kelola-sampah-sejak-dini

 

Komentar

Posting Komentar

Hello, Welcome to Learning and Sharing

Postingan populer dari blog ini

AppSheet - Filter Data Siswa

How to Delete Blank Rows with Google Apps Script

Approval